Pemilihan umum, udah kelar nih,,berdasarkan dari pantauan ( bukan saksi ) pemilu, yang dilakukan sekumpulan mahasiswa bekerja sama dengan LSM LUPUSH Bandung, pemilihan umum Presiden, berjalan lancar. jika dibandingkan dengan pemilihan legislatif 3 bulan yang lalu.
jika, pileg kemaren, terbentur pada masalah DPT yang amburadul, yang akhirnya berdampak kepada tingkat ” golongan putih ” ( GOLPUT ) yang menjulang, justru di pilpres ini, mengalami peningkatan mengurangi angka GOLPUT dalam kategori administrasi ini.
Belajar dari Pengalaman.
Rakyat Indonesia pasti sudah mengetahui, bagaimana selektifnya para calon presiden dan wakil presiden, dalam menata DPT agar, tidak terjadi seperti pileg kemaren. Menurut JK, masih terdapat 5 juta pemilih yang yang tidak mendapat undangan ke TPS.
cukup banyak jumlah pemilih yang tidak terdaftar dalam administrasi, hingga H-1 JK beserta Mega-Pro, mengingatkan kembali bahwa, Masaah DPT adalah hal yang sangat penting. Tentu sangat menjadi penting, sebab syarat dari pemilihan umum yang berintegritas Demokrasi, adalah semua rakyat mendapaktkan hak untuk memilih.jadi masuk akal saja, jika para capres-cawapres merasa tergerak untuk membenahi masalah DPT.terlepas, dari pemikiran ” Mau untuk menang “.
maka, di hari yang sama, MA mengeluarkan perintah, bahwa, masyarakat dibolehkan mencontreng dengan menunjukan KTP/Paspor/ dan kartu KK ke TPS yang beralamat sama dengan identitas KTP. Lagi-lagi Pro dan Kontra hadir, ketika dikeluarkannya sebuah kebijakan.
Pro, karena ada sebagian warga yang beruntung tidak mendapatkan undangan memilih, namun dapat menggunakan KTP atau Paspor, untuk dapat menyontreng.
namun, bagaimana dengan para mahasiswa perantau. yang tidak bisa pulang ke kampung asal, dikarenakan tidak mampu mengeluarkan dana taransport hanya untuk pulang pergi, belum lagi terbentur dengan kalender akademik yang mengharuskan berdiam diri di kosan.
karena, dari kebijakan yang ada, adalah, mau tidak mau pemilih harus kembali ke kampung halaman untuk bisa nyontreng.
Apakah KPU salah?
dari banyaknya masalah seputar pemilu, KPU pun hadir menjadi tersangka, dalam masalah ini. KPU dianggap Komisi yang telah gagal, dalam menjalankan tugasnya sebagai pemegang tongkat kebijakan serta teknis lapangan pemilihan umum. berbagai dugaan muncul, mulai dari penyogokan oleh pihak lain, atau KPU lah yang lalai dalam melakukan tugasnya. Beragai macam tuduhan bermunculan.
jika dikaitkan dengan masalah DPT, jelas tidak bisa sepenuhnya dituduhkan kepada KPU. Sebab, masyarakat juga harus melihat, DPT itu berkaitan dengan ” benang merah apa? “. DPT terkait, dengan sistem statistik perhitung masyarakat. Bayangkan, mengapa terdapat satu orang yang terdaftar menjadi DPT di tempat yang berbeda. jawabannya, adalah Banyak masyarakat yang memiliki lebih dari satu Kartu Tanda Penduduk ( KTP ). inilah penyebab dari kekisruhan yang ada. kemudian, dapat kita temukan, siapa yang harus bertanggung jawab dengan kependudukan Indonesia.
jika diteliti, justru, kebijakan tersebut, membuat runyam sistem yang ada.
Indonesia baru dua kali menjalankan Pemilu!.
pemilu ini, adalah pemilu kedua, yang diselenggarakan di Indonesia. tentu saja, Indonesia masih belajar menganyam apa yang dimaksud dengan pemilu a’la Demokrasi itu. Dan jangan samakan dengan Amerika yang memang lebih dulu, melaksanakan pesta akbar memilih presiden ini. salah itu wajar, namun harus ada peningkatan.
Pemilihan usai, dan sekarang saatnya menunggu, hasil perhitungan suara. perhitungan suara berdasarkan QuickCound ataupun perhitungan suara dari KPU. jika berdasarkan Perhitungan QuickCound, SBY unggul setengah dari suara yang ada. Hal itu menunjukan bahwa, slogan satu putaran yang diteriakkan pada masa kampanye, itu benar-benar terjadi. bagaimanapun QuickCound memiliki SynteError 0,1 ke-akurasinya. Mungkin saja, hasil KPU pun tidak akan jauh berbeda.
” Menang ya Menang, Kalah Ya Kalah.”
belum KPU mengumumkan hasil akhir perolehan suara, sudah muncul opini, bahwa hasil QuickCound adalah salah, tidak akurat. dan yang berteriak adalan calon yang memperoleh suara sedikit. tentu saja itu tidak menunjukan sikap sportifitas negarawan. Karena, Pemilu adalah permaianan, yang membutuhkan tantangan yang luar biasa, tidak tanggung-tanggung, taruhannya adalah Finansial yang tentu jumlahnya bombastis, namun mental sang jawara, yang artinya siap menerima segala resiko. Yang Menang seharusnya tidak berkata, merendahkan yang kalah, dan yang kalah, seharusnya tidak berkata, bahwa ada kecurangan, atau nepotisme, dan mengungkit-ungkit kejelekan yang sudah dilakukan, seraya menunjukan bahwa yang menang adalah paling baik, dab yang kalah adalah paling buruk.
tentu, yang menang, memiliki kekurangan, nah sekarang bagaimana Sang Capres yang menjadi Presiden, membenahi terlebih dahulu kecacatan yang dilakukan, sebelum melaksanakan program yang menjadi ‘mimpi’ bangsa ini.
dan harapannya, adalah tidak melakukan di injured time kepemimpinan…
_ SELAMAT BUAT CAPRES YANG LOLOS!!..,MAKE A BETTER PLACE FOR YOU AND FOR ME!! _