Tidak terasa, hari ini tepat hari terakhir di tahun 2013. Bagi saya, tahun 2013 merupakan tahun bersejarah dalam kehidupan saya. Penuh makna dan perjalanan jati diri luar biasa dari setiap kejadian yang terjadi di tahun ini. Bagaimana mendaki setiap bulan, dan meresapi hari, jam dan menit hidup saya berjalan seperti skenario cerita-cerita drama. Tapi sayang, drama ini tidak semua mengetahui. Hanya segelintir mereka yang mampir dalam hidup saya. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Sepupu, dan mereka dosen, teman dan sahabat. Mereka yang ditakdirkan menjadi saksi hidup melihat Kantri di tahun 2013.
Mungkin bagi mereka, dua belas bulan lamanya, begitu cepat. Bagi saya, dua belas bulan ini sangat lambat. Tidak urung, terasa berat untuk dijalankan. Semua cita dan target hidup yang biasa kita sebut sebagai resolusi terbang melayang dengan senyum. Ya, dengan senyum, mereka meninggalkan saya dengan takdir lain yang jauh lebih indah dari resolusi itu sendiri.
Pada hakikatnya, hidup adalah perjuangan diri untuk tetap ada. Sebaik apa pun teman dan sahabat yang saya miliki, saya masih memerlukan kebutuhan berupa pengenalan diri sendiri jauh lebih dekat. Siapa saya, untuk apa saya ada, mengapa saya, dan bagaimana saya bisa bertahan. Mungkin, bentuk pertanyaan-pertanyaan itulah yang terjawab di tahun 2013.
Jujur, saya sangat salut dengan mereka yang paham dengan diri mereka sendiri. Itu tidak mudah bagi diri ini untuk mengenali saya sesungguhnya. 2013 mengajari bagaimana menyadari diri dengan semua kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Walau sebelumnya, saya menepis semua kelemahan yang ada di diri saya. Ternyata alasan menepis kelemahan itulah yang membuat saya terjelembab dalam jurang kehinaan luar biasa.
Jiwa perfectionist, keras kepala, dan tinggi hati nyaris membutakan hati. Rasanya sangat sakit, apabila apa yang kita harapkan ternyata jauh dari apa yang diharapkan sebelumnya. Seolah kiamat sedang menghampiri untuk diri seorang. Hanya untuk saya seorang.
Memang setiap orang memiliki mimpi setinggi langit. Saya pun demikian. Tapi sayang, kaki ini tidak kuat melompat untuk lebih tinggi. Bukan karena tidak mampu. Tetapi karena saya tidak berusaha sekuat tenaga yang mungkin dapat saya keluarkan. Akhirnya saya paham, semua membutuhkan mindset di diri saya untuk fokus berusaha sekuat tenaga. Di lain sisi, Perfectionist, keras kepala, dan tinggi hati sudah ada dalam diri sebelumnya, yang jauh lebih dominan. Sehingga menutup mindset saya untuk fokus melompat lebih tinggi.
Saya tidak sendiri. Itulah yang akhirnya saya syukuri dalam hidup. Saya memiliki kedua orang tua yang sangat sayang kepada saya. Mereka adalah cinta nyata tanpa syarat yang diberikan oleh Allah untuk saya. Di saat dunia menolak saya, di saat saya sakit hati, di saat kepercayaan diri menghilang, di saat saya dihianati, di saat saya harus merasa bersalah ke dalam diri saya, hanya mereka yang senantiasa menerima saya dengan tanpa syarat.
Semula, saya berpikir bahwa hidup saya dapat terselesaikan dengan diri saya sendiri. Tapi, 2013 mengajari saya bahwa, manusia bukan makhluk super yang mengatasi masalah mereka dengan diri mereka sendiri. Kita tidak akan tahu, bagaimana kondisi hati ketika merasa bahwa jiwa bagaikan tercerai berai tanpa sisa. Hati mu mengambang, jantungmu terhenti sejenak, dan air mata mengalir dengan sendirinya. Dunia ini tidak hanya dihuni oleh diri saya seorang. Inilah yang akhirnya saya sadari.
Di antara mereka adalah utusan Allah sebagai penolong. Termasuk kedua orang tua.
Sebagai manusia, saya juga pernah berharap dan percaya terhadap orang lain. Dengan hati yang tulus ikhlas tanpa memikirkan hal negatif apa pun, saya berusaha berteman dan berkawan. Mereka yang sudah menjadi sahabat, tetap meneduhkan setiap ingatan. Kegembiraan, kesedihan, dan suluh motivasi selalu tertularkan begitu hangat. Banyak teman baru yang saya kenal. Di lingkungan yang baru dan kehidupan yang baru. Teman lama, teman kecil walau beribu-ribu jarak tak pernah kami jumpai, di tahun ini jarak begitu dekat hingga silaturahmi terjalin.
Sakit hati dan kebencian terhadap orang lain, mungkin terbesit dalam pikiran saya kepada sebagian orang. Tapi 2013, kembali meyakinkan saya, bahwa mungkin perasaan sakit ini adalah karena diri saya. Tidak ada alasan mengapa saya membenci mereka yang sudah menghianati kepercayaan saya. Karena, hati ini begitu halus. Dan biarlah, meluas tanpa sekat. Allah yang memiliki kendali untuk semuanya. Hanya pasrahkan kepada-Nya, dan iklhaskan atas apa yang terjadi sebagai introspeksi diri.
Maka dari itu aneh memang 2013 yang berat dijalankan itu harus berganti. Bagaimana saya dapat melupakan 2013 dengan segala pelajaran dan kisah hidup saya?. 2013 yang berat dijalankan dan berat ditinggalkan.
Manis, pahit, getir, dan muak adalah ceirta hidup saya. Mereka terasa begitua kuat menyentuh hati dan ingatan. Bagaimanapun, itu adalah variasi hidup yang berperan sebagai pesan hidup untuk diri kita. Sebaik apa pun ataukah sebaliknya, harus tetap saya pahamkan ini refleksi hidup yang sudah saya jalankan.
Hanya menghitung jam saja, pergantian tahun masehi ini berlangsung. Setiap orang memiliki resolusi untuk 2014. Tapi bagi saya, resolusi itu tidak untuk ditulis. Akan tetapi dijalankan. Terkadang peluang mimpi mu akan muncul dengan tanpa tidak sengaja. Itulah takdir dari Allah. Menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri adalah tomgkat estafet yang akan saya pegang di tahun 2014.
Penyesalan selalu datang terakhir, ungkapan itu benar adanya. Tapi, jika sudah terjadi, maka tancapkan dalil bahwa tidak akan mengulangnya kembali. Dan di tahun 2014, saya pun bersumpah, tidak akan mengulang atas kesalahan-kesalahan serta kehilafan – kehilafan saya. Perjuangan hidup akan terus berlangsung. Kepercayaan diri kian meningkat karena saya memiliki cinta di sekitar saya. Terlebih cinta Ayah dan Ibu.
Semoga di tahun 2014 saya tetap lebih baik, bahkan jauh lebih baik dari tahun ini. Apa pun takdir yang Engkau kasih kepada saya, saya akan berusaha ikhlas menerimanya, apabila memang itu jalan yang terbaik untuk hidup dan mati saya.
Selamat datang 2014..