Jalan Duri Wanita Indonesia Menuju Syurga

Pagi sekali, Ibu paruh baya yang sering saya temui di halte busway Ragunan, tiba-tiba sudah berdiri mengantri menunggu Bus TransJakarta yang siap melaju pukul 6. Wajahnya kali ini sedikit pucat, tampak ada lingkaran hitam di kelopak matanya. Ia tepat berdiri di samping ku. Perjumpaan kami kali ini, bukan yang pertama. Dari sekian penumpang yang saya temui setiap pagi, hanya wanita ini. Wanita yang memiliki guratan wajah penuh makna. Wanita yang tanpa sadar, kini dunia sedang memeluknya erat. Mengapa?, Itu karena kali pertama saya bertemu dengannya, sontak seluruh pemikiran saya, terurai kepada sebuha lorong kehidupan bernama Perempuan Indonesia. Ia adalah perempuan Indonesia saat ini. Ia cermin, mungkin bagi kami yang bernasib sama.

Suatu ketika, di hari pertama dalam bulan Oktober, Ia sudah berdiri di paling depan dari deretan antrian bus Tj. Ia tidak sendiri. Tangan halus dengan tonjolan urat nadi yang begitu terlihat di jarak 3 jengkal dari mata, terlihat sedang menggandeng tangan mungil anak berseragam Kotak-kotak merah putih, dengan celana putih, lengkap dengan dasi dan topi berwarna putih yang selaras dengan warna celana. Anak itu, terlihat tenang, sesekali ia mengayun-ayunkan kakinya, atau menyender menopang tubuh mungilnya di kaki perempuan yang biasa ia sebut Bunda.

Udara dingin menyapu bulu halus di tangan dan kakinya. Tontonan kosong di matanya, tak urung memaksa sang hormon, memaksa untuk menguap karena kantuk.

“Adek ngantuk?”. Tanya Bunda, sambil mengayun genggaman tangan seraya membangunkan anaknya yang terlena dengan pemandangan yang membosankan setiap pagi itu.

Tanpa bicara, sambil terkejut, anak itu pun segera membuka mata, dan menegakkan kembali tubuh yang sempat menyender di kaki sang Bunda.

“Tidak boleh mengantuk ya, nanti aja di bus baru boleh tidur”. Ucap Bunda, dengan nada yang tegas, namun sarat kasih sayang.

“Bun, kapan sih dateng. lama banget busway nya?”. Sambil memandang arah datang bus, anak itu bertanya polos.

“Bentar lagi”. Jawab sang Bunda dengan santai. “Eh, lagu apa yang kemaren diajarin miss rina di sekolah?, Bunda lupa”. Tambahnya, dengan tujuan mengalihkan pembicaraan anaknya yang mulai mengeluh atas keterlambatan bus TJ. Tidak lama, anak itu, menyanyi. Sesekali sang Bunda pun ikut bernyanyi.

Perhatian saya, tertuju pada pemandangan pagi yang menarik kali ini. Dua orang manusia yang ditakdirkan sebagai Ibu dan Anak kini bermain peran sesuai kodratnya. Di antara mereka yang berdiri pun ikut memperhatikan. Sayang, hanya mereka. Mereka yang bergandengan dengan penuh sayang, dengan segala obrolan pagi yang sederhana. Kami yang berdiri, hanya dapat merangkul tas, dan sibuk dengan buku, atau telepon cerdas yang terus mengudara menerawang kehidupan maya yang entah sampai kapan nyatanya.

Ada kejadian lain, yang membuat saya kembali menyimak adegan Ibu dan Anak ini. Suatu ketika, di dalam bus, sesak dengan penumpang yang berdiri. Ibu dan Anak itu, kembali berdialog.

“Bun, nanti aku makan apa duyu, picang (red-pisang) duyu apa onet duyu (red-kornet dulu) ?” Tanya anak itu sambil menunjuk-tunjukkan tas kecil berwrana merah dengan tulisan Tupperware berwarna hijau, yang mungkin itu adalah makanan bekal sekolahnya.

Sambil memangku dan memeluk pinggang dari arah belakang sang anak, Ibu itu menjawab. “Menurut adek lebih enakan mana?, Pisang dulu apa Kornetnya dulu?”.

Mendengar pertanyaan dari Ibunya, anak itu berpikir, “Hmmm..hm…on..”

Tidak lama, telepon sang Ibu berbunyi. Perempuan itu melihat tulisan di layar telepon. Lalu apa yang terjadi, Ia tidak langsung mengangkat telepon. Tetapi Ia mendengarkan ucapan anaknya yang berbarengan dengan bunyi telepon. “Apa, Kornet dulu?. Oke deh, boleh juga. Eh iya, adek, bunda boleh ada angkat telepon?”.

Hm.. yeah !. ini yang jarang terjadi. Seorang Ibu meminta izin untuk mengangkat telepon kepada anaknya.

Dan anak itu menjawab dengan senang, “Boyeh”.

Pupil saya agak membesar melihat kejadian itu, kejadian yang luar biasa saya perhatikan. Seorang Ibu berseragam rapih layaknya wanita karier dengan segala kesibukan serta tuntutan pekerjaan yang mungkin memecutnya, dengan santai ia tepis hanya untuk menghormati sang anak.

Pernah dalam perjumpaan ke sekian kalinya, Perempuan itu mencoba meminta izin kepada anaknya, bahwa ia tidak bisa menjemput pulang sekolah sang anak. Ia menyampaikan, bahwa anak itu akan dijemput kakenya, dan menyampaikan pesan agar tidur siang, dan makan siang di rumah kakeknya. Tanpa menjawab, anak itu justru balik bertanya, mengapa Ibunya tidak bisa menjemputnya. Kembali, sang Ibu menyampaikan dengan santai, dengan menyebutkan alasan membeli susu, dan diakhiri dengan ucapan, “boleh bunda tidak bisa jemput adek?”. Anak itu menjawab, “Boyeh”. Dan seterusnya, di setiap percakapan mereka, ada ungkapan permohonan, ungkapan izin atau semacam meminta pendapat layaknya orang dewasa.

Lagi-lagi ada pesan dari mereka yang selalu saya temukan. Takdir yang indah sebagai seorang Ibu dan Anak, Saya jadi teringat, ada banyak hal peran wanita dalam dunia. Peran yang berbeda, dengan status yang berbeda. Ketika masih kecil, perempuan akan berperan layaknya perempuan kecil yang bermanja, bermain, dan belajar. Branjak remaja, perempuan akan tumbuh mengenal interaksi sosial, kompetisi,  dan mencari jati diri. Tumbuh dewasa, perempuan akan mengalami fase yang berbeda. Antara mencari jalan hidup atau menerima jalan hidup. Antara perasaan dan logika. Antara tuntutan dan keinginan. Semua kerap datang menguji mental sang kedewasaan perempuan.

Bagi saya, kedewasaan perempuan tidak diukur oleh usia. Dewasa adalah fase memposisikan diri atas apa yang terjadi di lingkungan. Tanpa paksaan dari luar. Muncul dari dirinya yang mencari sampai menemukan bahwa “inilah makna penciptaan perempuan oleh-Nya”. Banyak yang menilai bahwa perempuan itu adalah makhluk lemah dan tidak berdaya, tidak mampu melakukan ini itu, sulit meoptimalkan kemampuan intelejensia di banding yang lain, karena perempuan makhluk yang hanya memiliki peran di dapur. Hanya untuk keluarga. Sebagai pemuas nafsu sang suami. Sebagi juru masak di dapur, sebagi pencuci baju yang gesit, mengepel, dan serumit kegiatan rumah lainnya. Sehingga banyak yang berlari melepaskan citra perempuan dalam dirinya, dan berlomba menunjukkan ketegaran sebagai wanita dengan segelumit aktivitas kantor dengan posisi yang mencerminkan kehebatan langka pada diri seorang perempuan. Benarkah demikian?

Jawabannya, TIDAK untuk dogma lemah, IYA untuk peran, dan BISA JADI untuk fenomena perempuan yang terjadi saat ini.  Perempuan memang lemah secara ketahanan tubuh jika dibandingkan ketahanan tubuh yang dimiliki laki-laki. Fisiologi yang dimiliki antara dua makhluk Allah ini juga terlihat dari bagaimana Allah menciptakan seorang adam dan hawa, bagaimana komposisi yang terdapat pada otak. Jelas, perempuan memang jauh dari lemah. Dogma lemah menjadi tidak benar, karena manusia hanya menyorotu fisik saja, bukan mental. Berbicara mental perempuan mampu menghadapi segala permasalahan yang mungkin lebih sakit dari ancaman fisik yang ia hadapi. Keluhan lebih jarang keluar dari mulutnya. Hati yang lembut tercipta untuk menetralkan pandangan sinis dirinya dari dunia. Tidak ada perempuan di bumi ini yang tidak berhati lembut. Kecuali ada kelainan dalam psikologis jiwa dirinya.

Berbicara peran, setiap akan memiliki peran masing-masing pada kondisi dewasa. Islam mengajarkan jadilah wanita yang sholeha.

           “Kehidupan dunia adalah kesenangan. Kesenangan dunia yang terbaik adalah wanita yang shaliha” (H.R Muslim)

Wanita sholeha berperan sebagai tiang dalam keluarga muslim. Ia merupakan unsur terpenting dan sekaligus sebagai pondasi yang kokoh dalam keluarga. Ia adalah kenikmatan pertama bagi kehidupan suaminya. Bahkan, ia sebagai perhiasan terbaik bagi suaminya dalam kehidupan. Wanita sholeha merupakan karunia besar bagi laki-laki karena ia berperan sebagai tempat beristirahat bagi suaminya setelah menempuh kegetiran hidup dan kepenatan mencari penghidupan.

Islam sangat memuliakan seorang wanita. Karena di tangan wanita lah peradaban dapat berdiri kokoh dengan Rabbani. Saya sempat merinding menyelami makna tersebut. Saya membayangkan syurga atas pahala-pahala yang didapat dengan status perempuan. Bagaimana melahirkan dan membesarkan anak-anak yang dapat meneruskan tujuan islam secara kaffah. Begitu juga dengan mereka (anak-anak) yang memandang diri wanita (Ibu) sebagai pabrik pahala menuju syurga. Melalui sebuah pernikahan, maka tumbuhlah kemuliaan hakiki di sana.

Lalu bayangan syurga pun berubah ketika saya mengingat banyaknya fenomena wanita yang terjadi saat ini. Banyak persepsi, pola pikir, entah berasal dari mana aliran yang menggeser lokasi syurga menjadi neraka. Banyak wanita yang tidak menghargai dirinya sendiri.  Banyak menjunjung tinggi sebuah emansipasi semu.

“Aapabila seorang wanita melaksanakan shalatnya yang lima waktu berpuasa pada bulan (Ramadhan), taat kepada suaminya dan menjaga kemaluannya, akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kamu sukai” (H.R Ahmad dan Thabrani)

Setidaknya, hadist itu menunjukkan bahwa sarat masuk syurga hanya itu.

Saya pernah mendengar perdebatan antara pro kontra perempuan menyetir di sebuah negara. Atau, wanita karir yang melanggar hukum islam. Terlepas dari aturan hukum islam, saya tidak bisa beragumentasi lebih. Karena pun saya, bukanlah ahli Fiqih. Tetapi saya mencoba menyelami makna dari hadist berikut ini :

“Setiap kalian adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pengusaha adalah pemimpin akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang lelaki pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. (H.R Bukhari dan Muslim)

Mungkinkah setiap orang memiliki peran ganda?, peran yang tidak hanya satu?. Apakah perempuan akan berakhir dengan menikah, menjadi isteri, dan ibu?.

Menikah, menjadi isteri, dan menjadi Ibu adalah kemungkinan yang terjadi jika Allah SWT berkehendak”. Itulah ucapan guru ngaji saya ketika membahas adab wanita sholeha. Maka dari itu banyak kita menemukan di usia yang tidak lagi muda, terdapat perempuan yang belum menemukan jodoh mereka, atau hingga ajal menjemput, ia tidak bisa merasakan bertemu jodoh. Walau terkesan BISA JADI peran tersebut dapat dialami, tentu perlu diingat dengan menikah, menjadi isteri dan menjadi ibu adalah dapat kita pilih sebagai jalan menuju syurga.

Semula saya berpikir ketika sudah menikah maka peran perempuan akan berubah. Akan menjalankan apa yang disebutkan pada hadist-hadist sebelumnya. Saat ini, perempuan tidak lagi hanya berdiam di rumah. Banyak Ibu yang juga mengais rejeki. Berbagai profesi terdapat di sana. Mulai dari seorang presiden hingga penjual kue keliling, perempuan berperan sebagai manusia pengais rejeki. Dosaka mereka yang bekerja di luar rumah, sedang anak-anak mereka diasuh oleh pembantu rumah tangga?.

“Perempuan terbaik yang menunggang unta adalah wanita Quraisy. Mereka paling sayang terhadap anak kecil dan paling perhatian terhadap urusan suaminya” (H.R Bukhari dan Muslim)

Wanita muslimah yang benar-benar beriman senantiasa menyayangi anak-anaknya dan memelihara hak suaminya. Keduanya merupakan sifat terbaik yang menghiasi kepribadian wanita di setiap waktu dan tempat.

Ada peran dalam kegiatan yang dapat dijalankan wanita. Saya kedapatan alasan mengapa wanita bekerja mengais rejeki, hal itu dikarenakan pekerjaan suaminya belum cukup menafkahi keluarga. Ada lagi yang berpendapat, saya punya cita-cita sebagai seseorang, untuk itu saya kuliah tinggi.

Saya mendengar alasan itu, jadi bercermin pada diri saya sendiri. Saat ini saya bekerja, dan memiliki cita-cita menimba ilmu untuk menjadi seseorang yang dapat berkontribusi untuk negera dan agama. Bahkan penghargaan dari manusia terkadang merasuki angan yang menyenangkan. Tidak ada yang salah ketika setiap orang memiliki cita-cita. Memiliki ilmu pendidikan yang tinggi. Karena pada dasarnya, Allah akan meninggikan derajat manusia bagi yang berilmu. Meninggikan derajat sepertinya memiliki banyak makna. Bisa jadi, datang dari pintu mana saja, tanpa kita sadari. Bisa jadi derajat tinggi datang dari suami atau anak-anak. Derajat itu semacam kedudukan mulia, keududukan mulia dunia akhirat.

Menjadi pintar itu adalah untuk kita menjawab solusi, menilai sebuah norma yang membedakan kita dengan hewan. Menjawab segala pertanyaan prahara hidup, sekecil apa pun ada ilmu nya, untuk itu, Allah akan meminta pertanggung jawaban kelakuan kita selama di dunia walau sebesar biki zarah sekalipun. Tidak ada akibat tanpa sebab. Hanya dengan Ilmu kita mengetahui sebab kehidupan ini.

Saya mengingat istilah bahwa madrasah pertama bagi seorang anak adalah Ibu. Ibu yang pintar, akan memompa menyebarkan virus kepintaran untuk anak-anak mereka. Terlebih, pada masa golden age seorang anak akan mulai meniru sang Ibu dan Ayah mereka. Ada rekam jejak yang masih sangat kuat di dalam pikiran anak kecil.  Bayangkan jika kita bodoh?

Tidak menjadi keharusan bagi perempuan untuk bekerja dan berkarir. Selagi masih bisa memberikan porsi waktu lebih banyak untuk memberikan hak suami dan anak-anaknya. Tentu setiap keluarga memiliki model mendidik anak yang berbeda. Saya, terlahir dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai guru. Dulu sering menangis karena ditinggal. Tumbuh di masa sekolah dasar, saya diajarkan mandiri. Akan tetapi ia tetap mengajari saya pelajaran, memasak, dan mengantarkan saya ke pada aktifitas positif. Dan jadilah saya seperti ini.

Ada teman saya pernah bilang, ” Pasti ada yang tidak beres secara psikologis oleh tumbuh kembang sang anak pada latar belakang anak yang Ibunya wanita karir”. Kemudian saya mulai berkaca pada diri saya sendiri. Kira-kira ada yang tidak beres dengan saya atau tidak?. Jawabannya iya.

Bagi saya, tidak ada hal yang perlu dianggap malu untuk kondisi sebenarnya. Justru, manusia akan belajar dari pengalaman dirinya. Begitu pula dengan Ibu saya yang memilih jalan untuk berkarir dan mendidik saya dan adik kakak saya seperti ini. Itu karena dirinya melihat orang tuanya. Bukan manusia jika mengalami tumbuh kembang. Semakin kita dewasa, semakin kita paham dan bijak memandang sebuah permasalahan. Walau tetap ada nilai benar atau salah di sana. Walau akhirnya saya menyimpulkan, “mungkin Ibu mu bukan yang sempurna dalam mendidik mu, tapi dia, dia orang yang sangat baik untuk mu”.

Jika dikorelasikan dengan adegan Anak dan Ibu yang saya temukan di bus TJ, kembali saya berkaca dengan kondisi pelik yang harus dipilih oleh seorang wanita. Menjadi wanita karier pun akan membentuk pola pikir seorang wanita, biasanya dia lebih manajerial dalam mengatur waktu, penuh pertimbangan di sana. Menghargai quality time. Akan tetapi sulit mengendalikan emosi. Sehingga ditakutkan akan melalaikan dalam memberi hak-hak dari suami dan anak-anak mereka.

Sedang ibu rumah tangga, pun tidak akan baik jika tidak bisa me-manajerial waktu. Sehingga banyak di antara mereka yang lebih banyak menghabiskan di mall dengan anak-anak mereka, atau sekedar berkumpul dengan ibu-ibu lainnya. Mungkin fenomena ini tidak asing kita temui di kota-kota besar. Sehingga terkesan, lebih mengahambur-hamburkan uang suami pada kegiatan yang jelas.

Menjawab itu semua, Islam memiliki solusinya. Memang sudah seharusnya kembali kepada aturan agama. Bukan aturan manusia yang sangat tidak adil dibanding aturan Allah SWT. Jika mengutip dari iklan minuman teh ringan, “Apa pun profesinya, dia tetap seorang Isteri dan Ibu”. 

Hm.. maaf jika terbaca seperti menggurui dan sok tau. Karena pemilik blog belum menikah. Tapi kamu tau, bagi saya ilmu membuat kita dewasa. Setiap fenomena yang saya lihat, akan saya cari ilmunya melalui buku atau berdiskusi dengan mereka yang sudah mengalami serupa. Dan menjadi tau, tidak harus menunggu sudah mengalami. Karena jika sudah mengalami namanya paham. Satu hal harapan saya untuk seluruh wanita di dunia. Jadilah wanita yang kreatif dalam kondisi apa pun. Selalu bisa membedakan peluang yang menjerumuskan kebaikan atau ke pada keburukan. Tentu harapan setiap insan yang hidup, adalah tempat akhir syurga yang abadi di sana. Maka tidak ada kata terlambat. Hidup itu proses kita mencari, menemukan, dan berubah. Mencari kebenaran, menemukan kebenaran, dan berubah menjadi benar. Maka tidak ada kata terlambat selagi niat masih tetap menancap kokoh dalam pondasi untuk lebih baik lagi sampai malaikat izrail menghampiri.

ps : “Dunia adalah perhiasan. Perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita yang shaliha”

Adioss..

Iklan yang Bikin Takjub Menjadi “Indonesia”

Gimana??. Takjub tidak?. Iklan ini sengaja sekali saya cari di youtube, karena menurut saya iklan ini sangat mahal. Selain durasi yang panjang, Iklan ini yang bikin saya ternganga selama 2 menit lebih. Visual yang ditampilkan nyaris membuka mata saya tentang keindahan Indonesia. Mungkin bagi sebagian orang, sebuah iklan, adalah hal yang membuang-buang dana yang diperuntukan sebagai penunjang marketing (red-Advertising). Sebuah perusahaan, berlomba memikirkan ide kreatif untuk me-persuasifkan khalayak dalam memandang sebuah brand. Memang betul, Khalayak akan sangat terpengaruhi oleh promosi dalam bentuk visual, dalam hal ini adalah iklan. Karena tujuan produklah yang terkadang membuat agent iklan untuk memanipulasi pesan yang seolah-olah kenyataan. Padahal sih, belum tentu kenyataan adalah kebenaran. Jadi, konstruksi pesan pada sebuah iklan, menjadi hal yang dipikirkan oleh kalangan periklanan di manapun.

Di antara iklan-iklan yang saya tonton, baru kali ini, saya mencari-cari iklan lawas yang pernah saya tonton. Dua iklan di atas lah yang akhirnya saya temukan. Bagi saya, iklan itu memiliki pesan yang bagus untuk masyarakat. Kenapa, aspek visual grafis, musik latar, serta konsep Indonesia yang sifatnya kontemporer. Namun, masih ada sentuhan etnik di sana.

PESAN DALAM CERITA, CERITA DALAM NILAI

Khalayak dituntun untuk mengikuti alur cerita di setiap story board. Di awal pembukaan tayangan, seprlihatkan judul tema, yang memiliki makna tontonan sebuah cerita. Ini jarang terjadi di setiap iklan. Khalayak akan menangkap sebuh kesan pertunjukkan. “Eh ini apa ya?“. itulah kesan yang muncul pertama. Dan itu, terjadi di setiap detail apa yang dilihat khalayak. Pemandangan Indonesia, serta latar musik yang menunjukkan bahwa yang kita tonton kali ini adalah Indonesia.

Sekali lagi iklan yang baik, adalah iklan yang memiliki pesan yang bernilai. Selain menunjukkan keindahan pemandangan Indonesia, iklan juga sedikit menceritakan tentang 3 musketeer yang lahir di tanah jawa. Indonesia berawal dari sejarah kerajaan hindu. Dan iklan ini berusaha menunjukkan sisi cerita yang bersifat sejarah tadi.

Tanpa bercerita narasi yang gamblang, iklan ini bisa menyampaikan pesan Indonesia secara menyentuh dari segala aspek. Aspek visual grafis, aspek model, aspek musik latar, semuanya masuk dengan elegan di waktu 2 menit. Maka, tidak heran, di akhir iklan, sebagian akan merasakan TAKJUB menjadi Indonesia. Gimana dengan kamu?

ps : *eh tapi kenapa harus dari perusahaan rokok ya??

Adioss..

Mengenang Ginia Tepat 9 Tahun Berlalu

Tepat di Bulan ini dia, Almarhun Ginia R. Waluyo telah meninggalkan kisah selama 9 tahun di kehidupan dunia. Gingin begitu panggilannya yang saya ucap ketika bertemu dengannya. Kami saling kenal sewaktu masih kecil. Ia dulu tetangga saya, sewaktu di Jakarta. Semenjak pindah ke depok, kami tinggal berjauhan. Walau demikian, dia masih sangat ingat dengan nomor telepon rumah yang saya miliki ketika itu. Alhasil, dia selalu menghubungi ketika sedang iseng. Sejak kecil, kami itu saling bermusuhan. Almarhum sangat jail kepada saya, selalu menjadi korban kejailannya itu. Dulu, waktu saya bermain payung-payung  di sekitar komplek rumah, dia selalu meledeki saya dengan ucapan, “Heh Nenek-nenek kepansan ya?!”. kemudian dia mengumpat tidak mau terlihat oleh mata saya. Ketika saya bermain sepeda dengan teman-teman, dia selalu muncul mengikuti ke mana saya pergi. Terus menghilang. Terus meledekki baju yang saya pakai ketika itu. Dan segelintir kejailan lainnya.

Hingga suatu ketika kami tumbuh remaja. Keluarga kami berkunjung ke rumahnya, saat Idul Fitri. Spontan, saya melihat dia dengan beberapa kakak dan adiknya. Di sanalah kami mulai berbeda. Kejailannya sudah sedikit berkurang. Tapi, kami masih saling tegur sapa. Kami tukar nomor telepon genggam. Keesokannya, kami pun saling mengirimkan sms. Layaknya anak tumbuh remaja, saya yang ketika itu terbilang tomboy, sangat cuek dengan perilaku saya kepada teman laki-laki. Sehingga, bisa dikatakan kami berdua tumbuh menjadi sahabat baik yang unik. Mengapa unik, karena di tengah persahabatan selalu ada pertengkaran.  Kami cukup dekat, sampai-sampai kami saling mengetahui makanan kesukaan, komik kesukaan, hobbi yang kami miliki, bahkan hal yang tidak kami sukai pun kami saling mengetahui.

Masa Sekolah Menengah Pertama usai, datanglah masa abu-abu. Masa yang menurut kebanyakan orang, masa yang akan mengalami pubertas luar biasa. Ternyata, masa itu, dialami olehnya. Di kelas X, tepat sore hari sepulang sekolah, dia menunggu di depan komplek rumah saya, sambil membawa sekotak cokelat dan buku novel. Saya, terkejut, ternyata dia melakukan adegan layaknya sinetron remaja, yang menyatakan perasaan suka kepada teman perempuannya. Dia menembak saya. Jauh dari kesan romantis, saya malah berlari dan pergi cepat-cepat ke rumah. Marah semarah-marahnya saya. Bahkan 3 hari saya tidak pernah membalas pesan singkat dari Gingin. Tidak lama, kami pun lose contact selama 2 minggu. Kami sama-sama tidak pernah mengirimkan pesan singkat. Sampai pada akhirnya saya mengetahui keadaan sebenarnya.

September 2005, Keluarga kami mendapat kabar bahwa Gingin masuk rumah sakit. Saya pun bergegas menuju Rumah Sakit Darmais Jakarta. Sampai di sana, saya terkejut ternyata Gingin mengindap kanker otak stadium 4. Lemas dan tidak menyangka, bahwa Gingin yang saya kenal dengan tubuh yang sehat, ternyata kanker bersarang di tubuhnya. Saya melihat dia dengan banyak selang di tubuhnya. Setiap pulang sekolah saya selalu ke rumah sakit. Sudah banyak operasi yang ia lakukan demi stabilnya tubuh. Ternyata hasilnya tidak signifikan. Jujur, saya sangat menyesal apa yang saya lakukan ketika sore itu. Harusnya saya tidak berlari dan marah.

Ketika ia sadar, saya pun mulai dengan obrolan-obrolan ringan. Saya bacakan buku komik slam dunk kesukaannya. Dan dia meminta saya bercerita kisah-kisah di sekolah. Dia hanya mendengarkan semua cerita saya. Itu, saya lakukan selama ia terbaring di rumah sakit. Saya sempat mengucapkan maaf kepadanya, dan mengatakan bahwa “Lo tetap sahabat gue. Gue sayang sama lo. Selamanya!”. Kemudian dia pun menjawab, “Terimakasih”.

19 Oktober 2005, dia meninggal di rumah sakit. Seluruh keluarga menangis. Termasuk saya. Tidak ada pesan atau ucapan yang dia berikan kepada saya. Dia pergi begitu cepat. Lalu saya sadar bahwa ini memang takdir indah untuk Gingin. Dia akan lebih baik jika kembali kepada Sang Khalik, dan karena semua manusia akan kembali kepada Sang Khalik. Kesedihan tetap kesedihan. Cerita – cerita yang pernah kita lakukan itu terus teringat di pikiran. Sampai pada akhirnya saya menyadari, bahwa Gingin adalah sosok yang kuat. Kami semua tidak pernah mengetahui bahwa dia mengidap kanker otak selama ini. Penyakit itu, baru ter-deteksi setelah staidum tinggi. Dia adalah sosok yang baik, sosok menjaga kesehatan, sosok yang jail namun setia kawan. Jauh dari itu, dia sosok sahabat yang luar biasa menghibur hati saya di saat kesal.

Dan saya baru mengingat, bahwa dia belum pernah kesampaian pergi ke bukit halimun di Sukabumi, di tepat 9 tahun Gingin pergi, saya pun berkunjung ke sana, sambil mengingat apa-apa yang pernah ia katakan kepada saya. Bahkan kejailan-kejailan yang sering dia perbuat kepada saya.

Semoga kau tenang dan Allah meneduhkan kubur mu, wahai ginia sahabat saya yang paling jail …

aamiin.

(Sesi Curhat Online ) Melipir pada 2 hati yang bertanya

Well, saya memiliki 30 menit untuk menulis pendapat saya mengenai cerita seseorang kepada saya melalui email maharani.kantry@yahoo.com 1 jam yang lalu.
Seorang gadis berusia 20-an, bertanya kepada saya, apakah salah jika kita masih berharap kepada keputusan orang lain tentang hal-hal yang belum pasti kejelasannya??.

Kemudian, ia menceritakan bagaimana saat ini ia bimbang, untuk memutuskan keputusan untuk memilih calon suami yang terbaik untuknya. Karena, di satu ruangan hatinya masih ada tanda tanya besar apakah masih ada laki-laki lain yang mencitainya?. dalam hal ini laki-laki itu adalah teman lamanya yang sampai saat ini tidak berjumpa dengannya. Lost contact lebih tepatnya. Kebimbangan ini semakin meruncing ketika suatu ketika ia bekerja di perusahaan yang sama, namun berbeda wilayah operasi kerja. Sekali lagi, ia belum bertemu dengannya. Hanya suara telepon yang tak sengaja ia dengar demi keperluan kantor.

Bagai keresahan yang tak menemui solusi, di hati yang lain, kini ia sudah mengenal laki-laki lain yang terbilang siap untuk merajut keseriusan hubungan dengannya. Lagi-lagi di ruang hati yang lain, ia masih bertanya kejelasan hati dari teman lamanya. Kondisinya saat ini, gadis ini sudah memiliki nomor telepon genggam laki-laki tersebut. Namun, setiap hari hanya melihat foto dan nomor yang tertera. ia tak kuasa menyapa duluan. Alhasil, sampai detik ini ia masih bimbang, apakah yang harus saya lakukan?.

Jawaban :
Wahai gadis yang sudah mengirimkan email kepada saya malam ini, sebelumnya saya ingin mengucapkan salam kenal. Entah ada angin apa saya mendapatkan email pertanyaan ini. Karena sesungguhnya saya bukanlah konsultan percintaan 😀 Tapi, karena dirimu sudah bertanya kepada saya, Bismillah saya akan mencoba menanggapi.

Pertama, cerita mu itu sungguh menginspirasikan saya dan mengingatkan saya tentang arti sebuah keberanian dan keikhlsan yang pernah saya alami. Perasaan suka dengan lawan jenis merupakan anugerah yang istimewa dari Tuhan. Tentu hati akan selalu peka untuk masalah yang satu ini. Artinya dalam kasus ini kamu sedang bermain asumsi dengan hati. Kamu masih meragukan dengan apa yang kamu lihat di depan mata, namun kamu masih mencari di luar panca indera mu untuk sesuatu yang pasti. Kata kuncinya adalah buktikan asumsi itu.

Berita bagusnya, kamu masih penasaran dengan orang yang pernah kamu kenal. Terlebih kamu memiliki nomor kontaknya. Ada kelemahan perempuan yakni bermain asumsi hati. Ada rasa segan, ada rasa takut, ada rasa malu, dan lain sebaginya. Kenapa muncul perasaan seperti itu, itu karena kamu belum siap menerima hal yang tidak mau kamu bayangkan. Padahal dalam kodrtanya, manusia hidup disuguhkan 2 pilihan take it or leave it.

Apakah itu lumrah?, aku jawab iya. Itu sangat lumrah. Waktu akan terus berputar, menguji keikhlasan kita. Semakin lama, kamu menunggu keberanian, maka semakin lama juga kamu menguji keikhlasan dirimu dan orang yang sudah menunggu mu di depan mu. Keikhlasan adalah fase manusia yang sedang berdiri di 2 posisi take it or leave it tadi. Jika kamu merasa menderita dengan asumsi dirimu, tentu laki-laki yang ada di depan mu merasakan hal yang sama dengan mu.

Ada teman ku yang mengatakan, Cintai orang yang engkau nikahi, bukan nikahi orang yang kau cintai. Artinya, bisa jadi orang yang bukan kita cintai dialah orang yang terbaik untuk hidup kita. Karena, sekali lagi, perasaan itu hanyalah manajemen hati yang bersifat subyektif. Menikah yang saya tahu, adalah hubungan suci yang bertujuan mendekatkan kita ke arah kebaikan. Menikah memang mengikutsertakan perasaan. Akan tetapi juga tidak salah untuk kita mengetahui makna pernikahan itu sendiri. Jadi kuncinya adalah, coba kita dekatkan ke Tuhan, bertanya kepada-Nya, dan teguhkan hati untuk menikah. Saya yakin, pasti ada jawaban terbaik untuk mu.

Hm.. mungkin itu yang bisa aku share. Sekali lagi, maaf ya kalau jawabannya belum memuaskan. Semoga hidup mu menyenangkan dalam kondisi apa pun..

Adioss..

By alwayskantry009 Dikirimkan di Ya Kali?

Jelang 2014 : Rumah, Antara Filosofi dan Realita Bisnis

Tidak terasa pergantian tahun tinggal beberapa bulan lagi. Pergantian tahun kali ini adalah tahun terpenting bagi Indonesia dalam menentukan nasib bangsa di tangan seorang pemimpin. Banyak dari mereka yang sudah mulai sekarang me-publikasikan dirinya sebagai calon masa depan Indonesia. Ada hal yang harus kita pertimbangkan sebagai isu di tahun 2014. Isu – isu cantik sebagai agenda politik 5 tahunan mungkin sudah dapat terlihat di akhir tahun ini. Kemudian muncul sebuah pertanyaan, apakah agenda politik tersebut masih berlandaskan kesejahteraan bangsa dan negara?. Ataukah hanya pola politik yang digulirkan untuk kepentingan sebagian orang?

Tentu ada yang diuntungkan dan dirugikan. Walau bagaimanapun, itu pilihan sebagai negara penganut demokrasi yang menjunjung tinggi sebuha keadulatan suara rakyat. Namun, pada perspektif lain, dinyatakan bahwa pemilu adalah ajang perang gagasan. Gagasan yang seperti apa, tentu gagasan yang memiliki visioner untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Sebagai contoh di Amerika Serikat, dengan pemilu mereka benar-benar melakukan komunikasi bersama organisasi akar rumput yang benar-benar merepresentasikan jejak pendapat dalam merangkum beberapa masalah penting yang kemudian mereka anggap sebagai isu nasional. Bagimana negara itu bisa bertahan saat ini?, dapat kita lihat sebuah gagasan menurut friedman dan mandelbaum yang mengajukan lima pilar bagi kesejahteraan AS masa depan. Antara lain, pendidikan, infrastruktur, keterbukaan imigrasi, riset, dan peraturan dalam bidang ekonomi. kelimanya harus jadi prioritas kalau AS tidak mau nasibnya terpuruk ditelan china, India, dan negara lainnya. Lalu bagaimana dengan pilar kesejahteraan Indonesia.

Berbicara mengenai kesejahteraan, kita akan melihat bagaimana fakta yang terjadi di Indonesia. Survey angka kemiskinan di Indonesia empat tahun terakhir versi Biro Pusat Statistik (BPS) masing-masing sebesar, 14,45% (2009) ; 13,33% (2010); 12,49% (2011) ; 12,25% (2012) dengan akumulasi penduduk miskin sebesar 29,88 Juta jiwa. Adapun menurut survey versi Bank Dunia masing-masing sebesar, 50,6% (2009); 47,7% (2010); 44,8%(2011); 42% (2012) dengan akumulasi penduduk miskin terbilang 102,45 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 2011, Jumlah penduduk miskin versi BPS sebanyak 30,02 Juta jiwa. Sedangkan versi Bank Dunia menyatakan 240,35 juta jiwa. Angka pertumbuhan Pendudukan Indonesia tahun 2011 sebesar 1,49%. Lalu bagaimana dengan tahun 2013?

Lonjakan pertumbuhan pendudukan di Indonesia harus dipertimbangkan secara khusus. Dengan jumlah pertumbuhan yang meningkat, tentu akan berpengaruh terhadap daya bisnis invetasi yang tidak hanya bersifat domestik melainkan berdampak pada internasional. Indonesia merupakan negara kepualauan dengan fenomena kultur sosial budaya yang beragam. Pertumbuhan setiap daerah terutama pada metropolitan akan menjadi domain wilayah para pencari rejeki di kota-kota kecil di Indonesia. Urbanisasi yang terjadi di Jakarta salah satunya. Banyak penduduk desa yang mencoba peraduan nasib di Jakarta secara nekad. Mengapa demikian?, Karena bagi mereka hidup di Kota akan lebih baik jika dibandingkan di pedesaan. Jenis pekerjaan yang bervariasi, ketersediaan berbagai produk acap kali menjadi penarik untuk tinggal di Jakarta. Maka tidak heran, jika populasi kota-kota Metropolitan seperti Jakarta mencapai 12 juta jiwa. Jumlah populasi yang terjadi di kota metropolitan ternyata tidak seimbang dengan ketersediaan lahan di sana. Hal tersebut mengakibatkan, penggusuran secara paksa, atau banyaknya fenomena alih fungsi infrastuktur kota, seperti sebagian penduduk yang tinggal di bawah kolong jembatan. Jika sudah demikian, masalah ini harus diperhatikan secara manusiawi.

Masalah tempat tinggal di kota-kota besar sangat memprihatinkan. Terutama di kota-kota metropolitan. Ini tidak lagi berbicara mengenai penduduk lokal saja, melainkan perebutan lahan antara pribumi daerah tersebut dengan kaum pendatang. Banyak dari mereka sebagai kaum pribumi yang akhirnya tidak memiliki tempat tinggal, kemudian berpindah ke kota kecil perbatasan (kota satelit). Bagi mereka kaum pendatang, hanya mengandalkan alih fungsi infrastruktur yang ada. Ini sunggu memprihatinkan. Di mana sebuah tempat tinggal atau rumah, merupakan kebutuhan yang menjadi mendasar saat ini. Rumah tidak hanya sebagai pelindung dari panas terik matahari dan dinginya air hujan, jauh lebih esensial, bahwa rumah merupakan tempat kembalinya manusia untuk merasakan sebuah keluarga. Bayangkan jika rumah tidak ada maka bagaimana dapat merasakan keluarga?

Perkembangan teknologi dan budaya bisnis saat ini memberikan pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan dasar, terutama perspektif mengenai filosofi rumah itu sendiri. Rumah tidak hanya mencari dan merasakan keluarga, melainkan dapat memberikan keuntungan berupa investasi jangka panjang. Ini menarik bagi saya. Karena, rumah tidak lagi sebagai hal lumrah dalam kepemilikan akan tetapi sudah berubah menjadi bentuk masa depan perekonomian suatu negara. Lahan yang sedikit serta kepemilikan yang terbatas menjadikan Apartemen sebagai jenis hunian modern yang memiliki 2 filosfi tadi. Antara fungsi rumah dengan jalan investasi jangka panjang. Bayangkan saja lonjakan properti di Jakarta menunjukkan sebesar 38% pada harga pasar perumahan mewah tahun 2012. Tunggu dulu, ternyata lonjakan tersebut bukan berasal dari eksport melainkan domestik. Secara umum, harga properti di Indonesia masih lebih rendah daripada di Malaysia dan seperdelapannya harga properti di Singapura. Apakah menguntungkan?

FAKTA SURVEY

51% responden merasa bahwa pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun 2014 mendatang memberikan pengaruh kepada pasar properti telah mempengaruhi pasar property, dan ini bisa dikaitkan dengan ketidakpastian akan pemilu itu sendiri. Menurut Gregorio selaku GM Iproperty mengatakan, Tidak seperti negara-negara lain, kepemilikan properti oleh asing di Indonesia masih sulit dan menarik untuk dicatat bahwa 58% responden tidak ingin pemerintah mengizinkan orang asing untuk membeli apartemen / kondominium di Indonesia. Mereka bisa khawatir bahwa permintaan dari orang asing akan meningkatkan harga properti di Indonesia. Lebih dari setengah (58%) dari responden memandang suku bunga KPR di Indonesia saat ini terasa berat, sementara 36%-nya merasa bahwa suku bunga saat ini sudah pada tingkat yang ideal. Kekhawatiran terbesar dari responden adalah mengenai kondisi pasar properti serta keterjangkauan dan kenaikan harga rumah. Berikut survey hasil survey :

Artikel penuh di situs jual rumah di Indonesia, Rumah123.com.

EVALUASI BERSAMA

Gambaran tersebut memberikan kita pemahaman mengenai bentuk kegiatan investasi di bidang properti. Sebagai negara yang berdaulat, ada baiknya kita mengetahui bagaiman sistem peraturan negara kita, dalam hal mengatur hak kepemilikan tanah serta Hak Guna Tanah, yang tertuang pada Undang-undnag dasar 45. Pembahasan ini tidak lagi bersifat tertutup, melainkan terbuka bagi seluruh masyrakat Indonesia. Tentu kita masih ingat, kasus di Amerika Serikat yang mengalami krisis KPR Subprime Mortgage. Bagaimana Negara AS memberikan peluang sebesar-besarnya bagi masayrakat untuk memperoleh KPR dengan harga murah. Ternyata antusias mereka lebih banyak untuk mendapatkan KPR, yang berdampak kepada krisis. Itikad baik itu tidak salah. Karena negara memang harus memenuhi hajat hidup penduduknya. Namun, jika tidak membatasi serta memperthitungkan dampak yang aka terjadi jangan sampai kita juga mengalami refinancing yang terjadi di Amerika Serikat.Banyaknya perusahaan properti yang membangun rumah dengan harga miring, seharusnya menjadi peringatan untuk dilihat lebih jeli. Mungkin dengan kondisi rumah yang tersedia bermacam-macam begitu membuat lapar bagi mereka yang tidak memiliki rumah. Akan tetapi dengan daya saing ekonomi yang tidak stabil, bisa menyebabkan kondisi yang fatal tanpa kita tau sebabnya.

Semoga Indonesia lebih baik lagi..

Adioss..

Soundtrack Iklan Friso Gold “Incredible Journey”

Satu lagi, theme song dari iklan susu Friso di Indonesia yang membuat saya jatuh hati. Kali pertama melihat iklan tersebut, seluruh indera tubuh menjadi satu dalam balutan visualisasi yang berjalan sekitar kurang lebih 1 menit itu. Walaupun hanya produk susu anak kecil, saya sebagai orang dewasa bahwa iklan ini mencerminkan pesan yang erat untuk sebuah kemanusiaan. Well, itu persepsi saya loh ya..

Saya penasaran dengan lagu yang dijadikan theme song tersebut. Akhirnya, saya mencoba googling dan me-youtube. Alhamdulilah ketemu.. hihi..

Dalam iklan tersebut, lagu tersebut seperti lagu indie yang belum pernah saya dengar. Saya pun mendengarkan lagu secara utuh.. ini dia lagu nya..

Dan ini, lirik nya..

By alwayskantry009 Dikirimkan di Music

Interlude (3)

“189” kau berikan dengan cuma-cuma kemarin sore. Senyum yang masih sama ada di sana. Sorot mata yang tentu saja jiwa mu menepis mereka yang pikuk dalam frekuensi langkah. Ada laki-laki dan ada perempuan. Seolah titik nol derajat bergeser ke kota ini. Mengapa harus kota ini?, mengapa bukan kota mu?.

Jangan sampaikan, ada dia di sini. Harap seperti itu. Dan tak juga harap dalam nyata. Biarkan angin ini menjadi penghangat dalam tanya. Asap yang berkabut bau tak sekalipun menangkis rindunya untuk mu. Bayang itu sudah sedikit pudar dengan kebencian. Ah, tidak !. Bukan benci. Hanya ketenangan. Ya, Tenang membuatnya sadar bahwa kau bukan untuknya.

Sambar petir menyayat ingatannya untuk bayangmu. Kasihan dia, dalam malam ia tertegun dalam angan dan juga tanya. Kenapa kau beri tanya dalam dirinya?.

Lihat dirinya melihat dirimu !!.

Ada getir dalam senyum. Ada perih dalam cita. Ada nanar dalam tulus.

Sekali lagi, Kenapa?

By alwayskantry009 Dikirimkan di Apa sih?

Iedul Adha Tidak Harus Selalu Sama

Tidak ada alarm setajam dan senyaring telepon genggam Blackberry. Bunyi itu telah membangunkan saya di pukul 03.00 WIB. Suara-suara parau orang bertakbir, tahlil, dan tahmid di masjid masih sangat jarang terdengar di sepertiga malam itu. Kali ini saya tertidur di samping adik saya. Ternyata kami satu ranjang. Saya ketiduran sampai-sampai lupa keberadaan ranjang saya di suatu ruangan lain.

Sedikit sadar melirik Blackberry Massanger yang belum ada notifikasi tindak-tanduk penghuni BBM. Gambar hijau bulat dengan warna merah di tengah menarik untuk dijamah. Chat Whatsapp dari beberapa teman yang belum saya baca satu persatu. Ternyata obrolan semalam yang telat saya ikuti. Namun, senyum dan tawa kecil masih melebar di bibir saya sepagi ini.

Ketika ingin beranjak menuju kamar mandi, saya ingin mencoba membangunkan adik saya. Tangan yang beranjak menyentuh lengan tangan nya yang terlihat sangat menikmati mimpi dalam tidur. Tiba-tiba saya tertawa mengingat kejadian lucu yang saya dengar beberapa jam lalu di ruangan ini.

Kira-kira pukul 23.30 WIB, saya masih berkutat dengan buku-buku bacaan fiksi dan beberapa aktifitas chatting di media sosial, saya mendengar adik saya mengigau. Ada hal yang lucu dalam ucapan igauannya. Ia membaca doa setelah sholat dhuha, seperti sedang menghafal per ayat.

Allahumma inna dhuha-a-dhuhauka, wal baha-a-bahauka…..Apa lagi ya????”

Secara refleks saya langsung mengelos ke arah wajah adik saya. Saya pastikan apakah dia mengigau ataukah senagaja. Ternyata kelopak mata yang sedikit tertutup rapat dan berair itu, membuat ia tak sadar, ia sedang mengalami mimpi. Mungkin kali ini ia sedang bermimpi ujian hafalan. Haha..bisa jadi.

Tidak lama, saya tersadar dengan detak jam yang menyadarkan bahwa sepertiga malam ini rugi jika harus ditinggalkan. Segera mungkin saya bangkit dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi.

30 Menit Kemudian, saya mencoba membangunkan seluruh anggota keluarga yang masih terlelap. Kali ini kami berjumlah lengkap. 1 tambahan personil datang dari tante kami, yang sengaja menginap di rumah. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Masing-masing dari kami sibuk dengan dandan diri untuk mempersiapkan sholat idul adha di lapangan. Seperti biasa, jadwal sholat akan dilaksanakan pukul 07.00 WIB.

Suara takbir yang menggema bersaut taut dengan suara sapi,kambing,dan domba di komplek. Terlihat ada beberapa anak kecil berbaju muslim berlarian ke sana ke mari demi hanya sebuah aktifitas memberi makan kepada kambing. Aha..itu gambaran saya dulu, pikir ini melamban melorong masa lalu yang begitu polos. Idul adha adalah perayaan menyenangkan bagi kaum kecil mungil yang belum tau dosa itu. Bagi mereka, makhluk-makhluk lucu bertanduk ini adalah sahabat baru untuk setahun sekali yang dapat dipermainkan dekat rumah, tanpa rasa takut dikejar, dan takut digigit. Sehelai daun kering menjadi cara mereka memanjakan kambing. Tak jarang mereka mengatakan dengan dua bahasa yang tak pernah mereka saling mengerti.

” Mbek, makan ya..”, ucap seorang gadis mungil ketika menyodorkan daun setengah basah pada mulut kambing yang tetap mengunyah.

Tidak lama, lapangan komplek ini, dipenuhi oleh jamaah yang datang bergerombol. Lapangan ini akan selalu menjadi ajang reunian bagi kami yang jarang keluar rumah. Acap kali berpapasan pada teman kecil yang ternyata sudah tumbuh besar jika dibandingkan setahun, dua, atau tiga tahun lebih, kali pertama berjumpa. Saling bersalaman dan menyapa, menorehkan senyum terikhlas dan indah adalah kunci istimewa dari sebuah hari raya.

Dalam sebuah sholat hari raya, tentu diakhiri dengan ceramah Idul Adha. Semula saya berpikir, ceramah akan menyampaikan pesan-pesan yang hampir sama dengan tahun-tahun yang lalu. Seperti bagaimana memaknai kurban, bagaimana  menjadi pribadi yang lebih baik lagi, hikmah idul adha, haji, dan lain-lain.

Saya duduk di samping adik saya, pun sesekali agak bandel mengacuhkan ceramah tersebut, namun hingga pada satu pemikiran yang membuat saya merenung.

“Jika saja, Nabi Ismail tidak digantikan oleh domba, bagaimana ya?”.

Seolah pagi itu adalah rencana-Nya, Sang Penceramah pun membahas pertanyaan yang saya tanyakan dalam hati. Sebuah keikhlasan seorang Nabi Ibrahim atas perintah Allah untuk menyembelih anaknya kesayangannya yang sudah lama tak bertemu dengannya. Kemudian dengan usia nya yang masih 7 tahun, Ismail pun sangat rela untuk disembelih oleh Ayahnya, atas alasan perintah Allah SWT.

Saya mencoba membayangkan, jawaban dari pertanyaan yang saya buat tadi.

“Jika saja…mungkinkah…saat ini…apakah…”, Saya mencoba menerka bagai sutradara yang membuat alur cerita hingga sangat masuk logika dan menarik.

Terbayang oleh saya, apakah saat ini, mungkin anak-anak laki-laki di dunia sedang  berkeringat dingin menunggu penyembelihan masal pagi ini. Atau mungkinkah akan ada pengocokan nama, layaknya undian arisan. “Siapa yang keluar(nama) dia lah yang akan disembelih”. Saya dan adik saya, sama-sama berpikir. Jika meruntut musabab kisah Qurban itu, Ismail adalah anak kesayangan Nabi Ibrahim, tiba-tiba adik saya pucat pasi membayangkan bahwa dirinya lah yang akan disembelih, karena merasa dia lah anak kesayangan di keluarga kami.

Tapi sekali lagi, logika manusia sangat dangkal untuk mencapai logika Allah SWT. Dia lah Maha Adil seadilnya dalam kehidupan manapun. Tentu skenario bumi tidak akan seindah ini jika seekor domba tidak menggantikan Ismail, kami akan mati konyol tanpa sebab. Tanpa kemaslahatan. Tidak ada rantai makanan, Tidak ada cinta, melainkan hanya kebencian, Dan berakhir tiada kehidupan. Jauh dari itu, kesedihan akan melanda kaum muslimin.

Ah, ternyata saya salah menilai isi pesan ceramah Idul Adha kali ini. Ternyata saya menyadari bahwa Idul Adha adalah ajang cermin diri atau refleksi diri bagaimana kita ikhlas rela memberikan apa yang kita cintai untuk kebaikan manusia.

Saya jadi teringat dengan cerita-cerita pengalaman Ibu saya ketika menunaikan ibadah haji setahun yang lalu. Beliau menceritakan bagaimana puncak haji, ada di Wukuf Arafah. Di padang Arafah itulah seluruh umat muslim berkumpul berdiam diri di bawah tenda-tenda, dengan panas terik matahari yang sangat panas. Ibu saya juga menceritakan makna ber-wukuf di Arafah, bagaimana seluruh Malaikat berkumpul mengeliligi mereka yang sedang berwukuf dan mengamini atas doa-doa muhasabah diri.

Bulu kuduk saya berdiri, dan hampir menitikan air mata, ketika Ibu saya mengatakan, “Di Arafah itu kita berdoa mohon ampun atas dosa-dosa yang udah kita lakukan, di tempat itulah Allah SWT berada sejengkal dari kita. Bayangkan, Malaikat akan mengamini setiap taubatan nasuha setiap jamaah haji di sana”.

Ucapan itu yang membuat saya mendambakan ingin ke sana. Ingin menangis dan memohon ampun atas dosa-dosa saya selama saya hidup. Sangat membayangkan, jika Itikaf Ramadhan saja sudah luar biasa merasakan sensasi ruhiyahnya, apalagi dengan kondisi haji seperti itu. Subhanllah..

Angin pagi ini sangat teduh. Sesampainya saya di rumah seperti biasa kami bersalaman saling memaafkan kesalahan. Namun tidak lama, Ayah saya mengingatkan kami untuk menuju lapangan, untuk melihat prosesi penyembelihan. Kebetulan, Ayah dan Ibu saya adalah panitia qurban. Kali ini saya tidak menjadi panitia.

Alasan Ayah saya mengingatkan kami sekeluarga, karena tahun ini alhamdulilah kami diberikan kesempatan untuk berqurban. Satu persatu hewan qurban di gilir untuk disembelih. Tepat di nomor urut 4, hewan qurban kami pun dipanggil. Kami sekeluarga dan sebagian warga komplek yang berpatungan untuk membeli hewan, pun berkumpul menyaksikan.

“Lihat sapinya, lihat darahnya, Ucap takbir, dan berdoa agar semua hajat terkabul”. Itulah pesan Ayah saya ketika leher seekor sapi mulai disembelih. Ketika pinggir pisau yang mengkilat itu menyayat leher hewan itu, saya merinding. Mata Sapi yang kejang melihat ke mata saya. Dengan bahasa hati, saya pun menyampaikan,“Sampai ketemu di syurga. Terimakasih”.

Sapi berwarna cokelat itu pun mengemo dengan garam. Sekian menit tanpa merasa sakit, hidupnya pun sudah berada di syurga.

Satu pelajaran berharga untuk saya, bahwa melakukan qurban hewan pada saat idul adha itu bukanlah karena didasari kemamapuan materi seseorang. Akan tetapi atas niat keikhlasan di jauh-jauh hari. Hal ini hampir sama dengan ibadah haji. Kalau boleh saya mengutip dari Ayah saya, “yang menjadi beda adalah dalam harfiah kuota. Jika dalam ibadah haji adalah kuota jemaah, sedangkan qurban adalah kuota ketersediaan kondisi hewan”.

Toh, dengan menabung atau menyicil untuk membeli hewan qurban setahun sebelumnya pun, saat ini sangat bisa dilakukan. Jadi sekali lagi, bukan karena landasan kesiapan materi seseorang bisa berqurban, tetapi niat yang sungguh-sungguh.

Bayangkan, jika qurban kita lakukan. Akan banyak saudara-saudara kita yang suka cita karena mendapatkan kupon untuk ditukarkan daging yang jarang mereka makan selama setahun. Lagi-lagi Islam mengajarkan umat muslim untuk mensejahterakan sesamanya. Tidak hanya untuk umat muslim (lagi) melainkan untuk semua ummat.

Ibrahim dan Ismail mengajarkan kita untuk mencintai Allah SWT dari apa pun. Mereka menunjukkan pelajaran yang berharga dalam hidup manusia. Semoga Allah SWT mengampuni seluruh dosan jemaah haji dan meberkahi ummat islam yang melakukan qurban atau merasakan daging halal ber- asma kan Allah ke seluruh pembuluh darah manusia.

Jika tahun ini kita masih merasa sama dari kemarin, maka tekadkan bahwa di Idul Adha tahun depan dan selanjutnya tidak harus sama Aamiin..

 

ps : Daging Sapi sangat baik untuk perkembangan janin dan anak keci yang sedang berkembang.

Adioss..

Dilema Program “Yuk Keep Smile” Trans TV untuk Penonton

Akhir-akhir ini, saya jadi tertarik menonton program teve di Trans Tv yang bernama “Yuk Keep Smile” yang tayang setiap hari. Ada alasan mendasar saya tertarik untuk menyimak program tersebut, hal tersebut dikarenakan adanya beberapa kampanya kecil yang dilakukan oleh kaum intelek social media yang mengatakan bahwa program “Yuk Keep Smile (YKS)” sama sekali tidak mendidik. Alasan tidak mendidik, dikarenakan pada program tersebut, dibiasakan melempar tepung terigu ke wajah orang. Bagi mereka, tindakan tersebut sama sekali tidak mendidik bagi anak kecil yang menonton program tersebut.

Alhasil atas alasan tersebut, saya mencoba menonton program YKS yang menurut sejarahnya, program tersebut merajai program pada waktu Ramadhan. Hampir 60% pemirsa Indonesia menonton program YKS. Keberhasilan itu, ditunjukkan dengan banyaknya penonton yang hadir di studio atau bahkan meniru tarian yang terkenal dengan nama “Tarian Caesar” pada media sosial Youtube. Selain itu, ada istilah “Asik-asik Joss” yang sangat membumi ketika pesta kemerdekaan di beberapa tempat menjadi alasan kuat mengapa saya begitu penasaran untuk menonton YKS. Hingga pada suatu malam untuk kali pertama saya menonton YKS. Saya menonton hingga akhir, dan keesokan harinya saya kembali menonton YKS, bahkan hingga seminggu dengan sengaja saya menonton YKS. Sampai pada keputusan saya, untuk menulis kesan saya terhadap program YKS.

KONSEP DASAR

Pertama, saya akan mencoba untuk mengulas konsep YKS menurut perspektif saya. YKS merupakan ide dasar program komedi yang bersifat komunikasi 2 arah. Dalam sejarahnya, bentuk program komedi di Indonesia adalah bersifat 1 arah. Maksudnya, jika dahulu berkomedi hanya dapat melalui alur cerita yang mengikut sertakan pelaku komedi saja, sekarang konsep itu sudah berubah. Karena menjadi lucu, tidak lagi hanya berasal dari pelaku komedian saja, melainkan dapat dihasilkan oleh penonton yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, YKS harus diakui keberhasilannya dalam hal komunikasi interaktif antara pelaku komedian dengan penonton. Penonton tidak hanya tertawa saja ketika menonton, melainkan menghasilkan hal yang lucu.

NILAI “YUK KEEP SMILE”

Kondisi partisipasi publik pada acara ini sangat besar. Pertama, Nilai yang ingin disampaikan YKS adalah, kesan merakyat. Musik dangdut yang menjadi ciri khas kerakyatan Indonesia sangat ditonjolkan pada program ini. Dangdut identik dengan tarian/goyang tubuh. Siapa pun, jika dilakukan secara bersama, begitu sangat menyenangkan. Sampel paling mudah ialah ketika acara 17’an, tentu musik, goyangan, pasti akan selalu ada, sebagai pemeriah suasana untuk menjadi lebih hangat dan akrab. Jauh dari kesan Indonesia, tentu Bergoyang/berjoget tentu masih memiliki daya taraik bagi sebagian penduduk negara asing. Seperti, tarian Aserehe, Gangnam style, dan sejumlah kampanye MOB.

Kedua, nilai personalitas. Nilai personalitas ini ditunjukkan dengan dominannya, materi lawakan yang dibawakan bersifat pribadi. Entah itu, ejekan karena fobia salah satu komedian, rahasia pribadi, atau skandal yang multi harfiah. Mengangkat nilai ini, mungkin tim kreatif YKS sedikit ragu-ragu awalnya. Akan tetapi dengan kemasan kontruksi “Skandal” maka terjadilah tontotan yang menarik penonton untuk keppo dengan apa-apa yang dimiliki oleh pelaku komedian YKS. Skandal itu bisa jadi benar, bisa jadi salah. Maka dari itu saya bilang konstruksi skandal. Karena, penonton hanyalah menonton, dengan beberapa keterbatasan yang dimiliki. Mudah memahaminya adalah, rakyat Indonesia sangat senang dengan hal-hal yang bersifat skandal dan abstrak. Dan yang sudah pasti bahwa, Media sangat stratgeis untuk menkonstruksinya sebuah fakta dalam berita.

Ketiga, Nilai kekerasan. Sayangnya, menurut saya program ini menyimpan nilai kekerasan. Lawakan yang mungkin awalnya hanya sekedar untuk membuat lucu, ternyata memiliki nilai kekerasan. Melempar terigu ke wajah orang dengan sengaja, itu menunjukkan kontradiktif dari keseharian. Karena terigu adalah bahan makanan yang bukan diperuntukkan untuk dilemparkan ke wajah manusia. Tetapi untuk di membuat makanan. Ini yang salah, karena seharusnya media harus mendidik, bukannya untuk menggeserkan norma perilaku.

keempat, Nilai kedermawanan. terlepas dari kotroversial tadi, saya melihat program ini sering membagi-bagikan hadiah kepada penonton yang hadir. Entah dari yang katanya berasal dari pelaku komedian itu sendiri, atau dari sponsor. Namun, saya mencoba untuk berada pada posisi penonton yang hadir di sana. Mungkin mereka datang ke sana, dengan tujuan untuk mendapatkan uang/hadiah, tapi ini patut kita apresiasi. Karena mungkin bagi mereka yang membutuhkan, sangat berpikir bahwa YKS adalah solusi. Walaupun bagi sebagian orang mungkin menilai pembodohan.

STRATEGI MARKETING

Bagaimanapun, saya melihat bahwa program ini sangat out of the box. Karena program ini memiliki identitas yang membawa positioning brand yang dapat membantu posisi tawar kepada pihak sponsorhip. Keunikan yang jarang dimiliki, serta aspek kedermawanan yang kental dilakukan tentu menambah faktor berbeda dari program-program lainnya. Perlu disadari, bahwa Entertainment sudah menjadi industri kreatif yang membutuhkan pemikiran out of the box tersebut. Partispiasi dari audience itulah kunci dari posisi tawar sebuah program. Karena, YKS dengan sangat mudah menarik audience, karena dalam syarat marketing selain harus memiliki product, place, promotion, tentu harus memiliki people (audience).

Jika kita menelisik lebih bijaksana, bahwa seharusnya apa pun yang disajikan oleh media, haruslah bersifat mendidik dan tidak menggeser norma. Akan tetapi, dalam kenyataannya bahwa dalam pemasaran sangat dibutuhkan konsep “Bulshit” yang tidak terpikirkan oleh nalar orang lain. Mungkin saran saya, lebih baik YKS ini lebih memperhatikan atribut atau properti yang digunakan yang tidak menggeser norma berlaku di masyarakat. Karena, pada dasarnya YKS ini adalah program yang menyenangkan. Mengajak untuk senang, tertawa, dan bersatu. Tetapi harus diingat bahwa, penonton di luar sana, tidak hanya kaum dewasa, namun ada anak kecil yang masih belum membedakan yang mana yang baik atau salah untuk ditiru.

Semoga kita lebih bijak dan detail melihat sebuah kesenangan untuk diri kita..

Adioss..

Belajar dari Asma’ Binti Umais ra – Beramal untuk Memenangkan Agama Allah

Asma’ binti Umais adalah isteri Ja’far bin Abu Thalib ra. Ia memeluk Islam bersama suaminya pada hari-hari pertama Islam yang penuh dengan kesulitan, kesedihan, kesempitan, dan cobaan. Ia juga tabah menghadapi kesusahan dan bahaya selama perjalanan Hijrah bersama suaminya ke negeri Habasyah. Semuanya ia lakukan sebagai wujud perjuangan di jalan Allah dan untuk menolong agama-Nya.

Tatkala Umar bin Khathtab ra. mencandainya seraya berkata, ‘Wahai wanita Habasyah, kami telah mendahuluimu hijrah ke Madinah’.

Ia menjawab, ‘Ya, kamu benar. Kalian bersama Rasulullah SAW. Memberi makan orang-orang yang kelaparan, mengajari orang-orang yang bodoh. Sementara kami terasing di tempat yang sangat jauh. Demi Allah, aku akan menemui Rasulullah SAW, untuk menceritakan hal ini kepadanya’.

Kemudian ia mendatangi Rasulullah SAW, seraya bertutut,’Wahai Rasulullah, ada beberapa orang yang mencandai kami. Mereka mengatakan bahwa kami bukan termasuk generasi pertama yang hijrah ke Madinah’.

Rasulullah SAW bersabda,’Justru, kalian melakukan hijrah dua kali. Klaian hijrah ke Habasyah, sementara kami tergadaikan di Mekah. Kemudian setelah itu, kalian hijrah menyusulku (ke Madinah)”.

Interlude (2)

Anehnya manusia ini sudah diberi kelebihan, tetapi jauh dari rasa terimakasih mengecap di hatinya. Berapa banyak yang harus dikorbankan untuk hal yang belum tentu miliknya. Mereka, perasaan orang-orang yang sangat sayang dengannya menangis tiap malam hanya untuk sebuah perubahan. Apakah ini buruk rupa dari manusia itu?. Bukan kah manusia adalah makhluk sempurna dari makhluk mana pun?.

Ah, aku lupa, aku pun manusia. Aku dia dan mereka manusia juga. Kami punya mata, mulut, tangan, kaki, daging-daging kecil saling berhubungan membentuk pipa-pipa kecil mengelilingi tubuh kami yang terlihat kokoh, dan hati yang selalu kami sentuh jika ia merasa sakit oleh ulah kami sendiri.

Bagaimana membentuk diri kami menjadi kami yang bernama, itu masih misteri. Hanya hadiah kecil berupa nama dari orang tua kami yang tentu kamu bisa memanggil kami. Kamu tau, apa lah arti nama bagi sebagian orang. Begitu pula untuk sebagian lainnya, nama adalah doa dan harapan. Karena ketika kami tidak ada, mereka tidak mengenang tubuh kami, melainkan nama kami dan bayang-bayang perilaku kami. Tapi bagi mereka yang tidak peduli dengan nama, mereka sangat peduli dengan keangkuhan dunia yang melindungi mereka.

Sore ini dengan jemari lentik aku menulis tentang dua sisi yang tidak pernah aku pahami. Kamu tau apa benar ada renkarnasi setelah mati?. Aku bukan Budha. Tapi bagi ku ini sangat menarik. Ketakutan akan kematian yang luar biasa mungkin akan terobati dengan janji kecil akan sebuah renkarnasi. Menururt ku mati adalah hal menakutkan. Karena aku percaya ada siksa di alam gelap bawah tanah itu. Jika aku tidak percaya mungkin aku sangat senang akan kematian. Kematian yang mengakhiri segalanya, prahara kehidupan yang aku benci. Orang-orang yang tak ingin ku kenal sumur hidup ku, Ah..mungkin akan ku katakan mati itu menyenangkan.

Hingga pada seorang anak yang duduk di depan ku. Sambil memegang ice cream batangan, ia nikmati dengan tanpa ada beban sekalipun. Sesekali ia mengecapkan lidahnya, atau menggigit serta menghisap lumeran susu dengan warna yang menggairahkan mata. Ia senang. Dan Ia tertawa. Ya, anak itu sudah merubah paradigma ku. Menjadi senang tidak harus mati.

Sore yang hangat, dengan angin yang sesekali menghembus dari segala mata angin, dan merasuki pori-pori kulit, tentu menambah ketenangan hati bagi yang menikmati angin ini. Aku percaya bahwa ada rahasia yang dibalik sore ini. Dibalik angin ini, dan dibalik anak itu. Abstrak , namun nyata dalam harfiah imaji. Jujur, aku ingin sekali berkawan dengan itu semua. Hal-hal yang abstrak tapi menyentuh bawah sadar ku, bahwa aku ternyata sedang berkomunikasi dengan diri ku sendiri. Ini yang mungkin dikatakan bahwa diri kita lah yang paling paham dengan diri kita sendiri. Berusaha menghibur dan menasihati. Tidak ada kebohongan di sana. Manusia harus sadar, ia akan berteman dengan dirinya sendiri di kemudian hari. Mungkin, fase ini adalah adalah fase untuk menyadarkan ku bahwa ada jiwa dalam raga yang nanti akan ditanya oleh Nya, di akhir nanti.

“Kamu, harus percaya aku”, bisiknya ketika hening menyelimuti sore ini. “Karena, kamu adalah aku. Maka percayalah kepada ku”.